Pedestal Wastafel Terazzo
Pedestal Wastafel Terazzo Unik Banyak Di Incar Team Kolektor
Wastafel Teraso Surabaya - Halo Berjumpa lagi dengan Bintang Antik Sejahtera yang tidak pernah berhenti untuk menciptakan produk-produk terbaru. Kali ini saya membahas tentang salah satu produk yang bisa dibilang cukup baru yang kami launcing yaitu Wastafel Terasso. Di saat pandemi seperti ini, jangan lupa untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktifitas. Tentunya produk wastafel sedang banyak dicari-cari. Nah untuk anda yang sedang mencari wastafel, di postingan ini anda akan mendapatkan solusinya. Sebagian dari anda mungkin belum mengetahui, apa sih bahan teraso itu ? Bahan teraso merupakan limbah dari pengerjaan marmer yang dapat diolah menjadi berbagai jenis kerajinan salah satunya wastafel ini. Eits jangan salah, meskipun teraso ini merupakan limbah marmer, tapi dapat anda lihat kualitasnya sudah teruji dan tahan lama. Pedestal Wastafel Terazzo ini tentu memiliki harga jauh lebih terjangkau dari bahan marmer.
Pedestal Wastafel Terazzo |
Pedestal Wastafel Terazzo Unik
Hal ini sangat cocok untuk anda yang menginginkan produk wastafel yang menyerupai marmer tapi dengan budget yang ekonomis. Bahan terasso ini juga dapat mengkilap, detail nya dapat anda lihat di foto bawah ini. Wastafel ini sudah dilengkapi dengan tatakan sehingga langsung dapat diletakkan di depan rumah, taman, maupun di dalam ruangan. Desain yang minimalis ini membuat wastafel teraso sangat fleksibel dan dapat diletakkan dimanapun. Selain Model Wastafel Terazzo diatas, tentu anda juga dapat request model wastafel teraso sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anda. Kami juga melayani pembelian secara partai. Tentu anda akan mendapatkan potongan harga menarik jika membeli secara partai. Untuk pemesanan dapat dilakukan melalui telepon maupun whatsapp anda cukup menghubungi contact person yang telah saya cantumkan dibawah. Kami melayani pengiriman ke seluruh wilayah Indonesia dengan jaminan barang aman sampai di tujuan. Anda juga dapat berkunjung langsung ke galeri kami yang beralamatkan di Jl. Kanigoro gang 4 No 35, Blumbang, Campurdarat, Tulungagung, Jawa Timur.
Bandung - Wot Batu yang kerap jadi objek wisata di Bandung merupakan galeri seni milik seniman Sunaryo. Susunan batu di sana menggambarkan kehidupan dan alam semesta. Wot Batu belakangan ramai diperbincangkan usai aktris Tara Basro memutuskan untuk menikah di sana. Lewat foto-foto yang ia pamerkan di Instagram, kita dapat melihat susunan batu estetis yang menjadi latar terucapnya janji suci Tara dan sang suami. Namun, tahukah traveler, Wot Batu sebenarnya merupakan galeri seni yang sarat makna kehidupan? Hal itu terungkap ketika detikcom mengunjungi Wot Batu yang terletak di Jalan Bukit Pakar Timur nomor 98, Ciburial, Kota Bandung tersebut. Galeri seni yang dimiliki dan dibuat oleh seniman Sunaryo itu ternyata sudah berdiri sejak 2015. Instalasi batu yang ada di sana sengaja dibuat dengan tujuan mengingatkan manusia pada alam. Di area seluas 200 meter persegi itu, Sunaryo menempatkan sekitar 135 batu yang ia susun dan ia kreasikan sesuai dengan perasaan dan intuisinya. Penempatan batunya pun tak sembarangan.
Wastafel Teraso Beragam Model
Bentuknya adalah batu dengan pohon jambu di bagian atasnya. Makna bentuk ini tak terlepas dari kehidupan pribadi Sunaryo. Di sebelah kanannya ada Batu Mandala yang berupa lempengan dengan ukiran lingkaran di tengahnya. Ukiran ini dibuat sampai keluar dari batunya. Itu melambangkan alam dan kehidupan manusia yang dinamis. Kemudian batu terakhir di Panggung Kehidupan adalah Batu Perahu yang menjadi bahtera manusia dalam melakukan perjalanan hidup. Batu ini memiliki sejumlah lubang di bagian tengahnya yang menjadi jalur bagi angin. Lubang ini dibuat sebagai isyarat bahwa untuk bisa berlayar, kapal memerlukan angin yang meniup layarnya. Makna Panggung Kehidupan ini juga semakin lengkap dengan kehadiran Batu Angin yang bentuknya vertikal. Bentuknya melengkapi bentuk Panggung Kehidupan yang horizontal. Pada bagian atas Batu Angin terdapat kincir angin yang menegaskan bahwa batu itu merupakan elemen angin. Kembali ke Batu Perahu, batu ini mengarah ke Batu Air yang menjadi simbol dimensi lain setelah manusia menuntaskan perjalanannya. Di antara kedua batu itu ada Lawang Batu yang menjadi batas antara dimensi kehidupan dengan alam semesta.
Batu kapur sengaja dipilih sebab posisinya menghadap ke arah timur yang dipercaya punya energi putih. Batu berikutnya adalah Batu Sapuluh, yakni tumpukan 10 batu yang disusun seperti ingin mencapai langit. Batu ini menjadi simbol dari energi Ilahi yang dapat mengangkat kita ke langit menuju kesadaran. Batu yang terakhir adalah Batu Waktu yang menjadi pasangan dari Batu Ruang. Kedua batu ini mengingatkan manusia akan konsep ruang dan waktu. Artinya, "apabila ada masa sekarang, maka akan ada masa nanti." Melalui batu ini, manusia diingatkan bahwa apapun yang kita lakukan saat ini akan berdampak di masa depan. Wot Batu akan mulai dibuka kembali pada 15 Juli 2020 mulai pukul 10.00-18.00 WIB. Objek wisata di Bandung ini tutup setiap hari Senin dan hari libur nasional. Harga tiket masuknya adalah Rp 50 ribu untuk reguler, Rp 30 ribu untuk pelajar, akademisi, dan seniman, lalu untuk anak di bawah usia 7 tahun dan di atas 65 tahun digratiskan.
Wastafel Teraso Harga Murah
Pada bagian atasnya terdapat sidik jari Sunaryo yang juga dapat dimaknai sebagai unsur Yin dan Yang karena bentuk sidik jarinya yang saling mengunci. Guna menyeimbangkan seluruh elemen di bumi, Sunaryo menempatkan Batu Api. Batu ini diletakkan di sebelah kanan Lawang Batu. Karya ini memperlihatkan api yang menyala dan tak pernah padam yang ditempatkan di dalam ruang khusus. Perjalanan dilanjutkan ke sayap kiri dari Wot Batu yang dimaknai sebagai otak kiri manusia dimana pada bagian ini Sunaryo menyusun instalasi batunya berdasarkan data-data sains ketimbang dominasi perasaan seperti di sayap kanan. Di bagian ini terdapat Batu Peta yang memperlihatkan catatan kondisi geologis Wot Batu. Wot Batu sendiri letaknya dikelilingi gunung berapi di Jawa Barat. Kemudian masuk ke ruang bawah tanah, tersimpan Batu Ruang. Di sana kalian dapat melihat video mengenai terbentuknya alam semesta melalui video berdurasi 3 menit yang ditembakkan ke sebuah batu. Keluar dari ruangan itu, terdapat susunan batu kapur berwarna putih, berbeda dengan batu-batu lainnya yang merupakan batu vulkanik.
Di sebelah kanan Batu Abah Ambu, terdapat musala yang menyimpan batu seukuran sekepalan tangan dan ditempel pada kaca. Batu ini dibawa Sunaryo dari halaman Bukit Gua Hira di Mekkah. Tujuan penempatannya di sana adalah untuk mengingatkan manusia belajar sampai kapanpun, termasuk mempelajari tanda-tanda alam dan aspek kehidupan. Berlanjut ke sebelah kiri Batu Abah Ambu, terdapat Batu Merenung. Sama seperti namanya, batu ini dapat dimanfaatkan pengunjung untuk merenung. Lingga menyebut batu itu sengaja diletakkan di bagian pojok supaya orang dapat melihat seluruh area Wot Batu ini. Bergeser ke sebelah kiri Batu Merenung, terdapat instalasi Batu Antara Bumi dan Langit. Di sana ada beberapa batu yang ditempel secara vertikal pada tembok yang disebut Batu Langit sementara yang dipasang horizontal di tanah adalah Batu Bumi. Batu Antara Bumi dan Langit. Di seberangnya terdapat Panggung Kehidupan yang terdiri atas Batu Indung, Batu Mandala, dan Batu Perahu. Batu Indung melambangkan tahapan pertama dalam kehidupan yakni kelahiran.
Pedestal Wastafel Terazzo Unik Termurah
Semua ditempatkan sebagai perlambang alam semesta dan kehidupan manusia, senada dengan nama Wot Batu yang dalam bahasa Jawa kuno berarti Jembatan Batu. Perjalanan spiritual ini dimulai dari Gerbang Batu yang terletak di sebelah kanan dari pintu masuk. Gerbang ini disusun dari batu besar di bagian atas dengan sejumlah batu di kanan dan kirinya sebagai blocking. Instalasi ini juga digarap dengan detail. Itu terlihat dari ukiran yang Sunaryo buat di setiap batu. Ukiran tersebut akan memberikan karakter yang berbeda pada batu-batu tersebut. Tujuan dari pendirian Gerbang Batu ini adalah memfokuskan pengunjung sebelum memasuki wilayah yang lebih sakral. Demi mencapai tujuan itu, pada lorong antara gerbang sampai area utama ditaruh batu kerikil. Setelah itu di ujung lorong, traveler akan disambut Batu Abah Ambu yang menyerupai lingga dan yoni. Batu Abah yang posisinya vertikal ini melambangkan maskulinitas sedangkan Batu Ambu yang lebih pipih menjadi simbol feminitas. Keduanya menggambarkan gagasan mengenai keseimbangan yang saling melengkapi dalam alam semesta.