Pengrajin Bongpay China Tradisional Bahan Marmer
Pengrajin Bongpay China Tradisional Bahan Marmer
Bongpay sendiri berarti nisan yang dipasang dikuburan tionghoa. Bong yang perarti kuburan/makam. Pay berarti berdoa/menghormati atau biasa disebut pay-pay dalam bahasa mandarin. Pemilik dari toko Tjwan Tik Sing (Nisan Praloyo) adalah Pak Suwanto yang menjadi penerus generasi ke-3 dari bisnis Bongai ini. Toko perusahaan batu bongpay sudah berdiri sejak tahun 1937. Persaingan dalam bisnis Bongpay selalu ada. Bahan batu dari bongpay ini di datangkan dari Makasar, ujung pandang. Namun kualitas batu dari makasar akan mengikis setelah 10 tahun lamanya. Kemudian di datangkan dari Jawa tengah, namun kualitas cepat berubah warna batu. Kemudian di coba lagi batu yang berasal dari Bandung, namun kandungan air pada batu cukup banyak. Harga dari bongpay sendiri paling murah adalah Rp.2,5 juta dengan kualitas biasa. Pada jaman dahulu bongpay dibuat dari batu kemudian di jaman sekarang mulai beralih ke marmer/granit selain lebih awet namun juga lebih elegan dalam estetika bongpay. Pertanyaan menarik dari salah seorang pengikut tur ini menanyakan apakah batu nisan bongpay sendiri dapat diganti misal dengan plastic atau apa kenapa kok pakai batu? Jawabannya adalah kepercayaan orang tionghoa, yang menggunakan batu sebagai bongpay kuburan karena batu yang bersifat alam. Dan yang berasal dari alam akan memiliki kekuatan alam sehingga tidak boleh diganti dengan material lain. Bisa saja plastik atau batu campuran dibuat tapi namanya adalah membohongi. Ada aturan dalam pembuatan bongpay dilihat dari segi hongshui/fengshui. Jadi orang akan repot-repot membuat bongpay karena ada sangkut pautnya dengan fengshui keturunan dari yang meninggal tersebut. Sehingga pembuatan bongpay harus hati-hati dan tidak asal mencari suhu(pendeta). Karena bala/musibah yang terjadi bukan untuk yang meninggal tapi yang masih hidup. Biasanya dalam penulisan bongpay warna orang yang sudah meninggal berwarna kuning emas dan yang masih hidup berwarna merah, jika orang yang berwarna merah telah tiada maka tulisan pada bongpay akan dirubah menjadi kuning emas juga.
Makam Bongpay Kristen Tradisional
Setelah orang sudah pergi jauh, Barulah Sin Cie berdua berani bergerak, untuk duduk beristirahat. Ceng Ceng merasa kakinya pada kaku. Habis itu, mereka berlalu, untuk pulang. Besoknya tengah-hari, seluruh kota Kimleng menjadi gempar karena perkara pembunuhan gelap atas dirinya Ma Kongcu serta gundal dan pengiring-pengiringnya. Sin Cie berdua dengar kabar itu, berdua Ceng Ceng, ia keram diri dalam kamar. Akan tetapi kapan sang magrib datang, setelah salin pakaian, mereka pergi keluar, ke gang Chia- lam dimana, dengan tindakan lambat, mereka perhatikan sebuah rumah besar yang muka pintunya diterangi tengloleng, banyak tetamu yang datang saling susul. Dengan berani, tapi dengan sikap biasa, Sin Cie dan Ceng Ceng bertindak kepintu, kepada penjaga pintu, mereka tunjuki tiga jari mereka seraya menyebut "Kangouw gie khie, poat too siang cie", dengan begitu, satu penyambut beri hormat pada mereka dan seorang lainnya lagi antar mereka kedalam dimana mereka disuguhkan teh, lantas she dan nama mereka ditanyai.
makam bongpay kristen |
Rupanya dengan semacam senjata, Bin Cu Hoa perkuatkan sumpahnya dengan membacok atau memukul batu bongpay dari kuburan. Mendengar lagu-suaranya, orang ini menyatakan kesangsian. Suara jawaban ramai menerima undangan itu; ada yang mengucap terima kasih, ada yang minta orang she Bin itu tak sungkan-sungkan. Kemudian Bin Cu Hoa berkata pula : "Kali ini jumlah sahabat-sahabatku ada banyak, tak usah disangsikan lagi yang pihak musuh tak mengetahuinya, maka kalau besok saudara-saudara datang, baik kita menggunai tanda, ialah sesuatu saudara angkat tangan terhadap orang-orang ku yang menyambut dimuka pintu, dengan tunjuki tiga jari tangan kanan ialah jeriji-jeriji tengah, manis dan kelingking, yang dikasi turun sambil dengan pelahan pun mengucapkan "kangouw gie khie, poat too siang cie." Dengan cara ini dapat kita cegah seumpama musuh kirim mata-matanya." "Itu benar!" menyatakan beberapa suara setuju. Usul ini pun telah dapat persetujuan. Kemudian, setelah ditetapkan juga, siapa mesti dikirim kerumah keluarga Ciau, untuk membuat penyelidikan, me- nyerep-nyerepi kabar, pertemuan rahasia itu ditutup, lalu mereka bubaran.
Contok Kerajinan Bongpay Marmer
Celaka, kau masih membantah! Celaka, tangan kanannya itu bakal kutung! Orang ini bandel dan bertingkah, gurunya tentu galak dan jahat melebihkan dia," berkata Kiam Hoo. "Bagaimana besok, kita hadirkan pesta perjamuannya atau tidak? Pasti kita mesti pergi! Jikalau kita tidak pergi, tentu dia akan pandang sebelah mata pada kita! The tocu benar!" Bin Cu Hoa puji tetamunya itu., ketua umum kawanan bajak. "Turut dugaaanku, tentunya Ciau Kong Lee telah mengatur persiapan kuat. Maka dari pihak kita, saudara-saudara siapa yang sudi bercape-lelah akan intai musuh kita itu? Dirondai atau tidak, sama saja," jawabnya. "Sekarang ini aku sudah peserah kepada takdir. Suhu, harap kau tidak putus asa! Kita didalam kota Lamkhia ini toh mempunyai lebih daripada dua ribu saudara, jikalau kita lakukan perlawanan, apa musuh bisa berbuat terhadap kita? Lawan kita telah undang orang-orang kangouw yang sangat kenamaan," katanya. "Percuma-cuma saja , kita akan buang jiwa jikalau kita lawan keras kepada mereka itu.
Makam Marmer Bongpay China
Sin Cie heran, ia diam saja. Ceng Ceng segera berbangkit. Ma Kongcu itu. "Besok kamu pergi kepada tukang uangku untuk terima hadiahmu ini!" Ia tambahkan kepada bunga raya itu dan tukang perahu. Ceng Ceng dengan tertawa manis. Ma Kongcu hampir berseru, lantas ia ulapi tangannya kepada salah satu orangnya, maka satu kee-teng lantas keluarkan uang lima- belas tail, yang dia letaki diatas meja. Tukang perahu dan kedua nona bunga raya itu menghaturkan terima kasih, kemudian si tukang perahu kembali pada penggayunya. Ma Kongcu terus menatap Ceng Ceng, sampai sebentar kemudian perahu sudah sampai di tepi. Ceng Ceng kata, romannya agak terperanjat. Yo Keng Teng sudah lantas bisiki Ma Kongcu. Kongcu itu dengan mata membelalak. Ma Kongcu ulur tangannya, untuk sengklek bahu orang. Ceng Ceng tertawa geli, tapi ia menyingkir kesamping. Semangatnya Ma Kongcu seperti meninggalkan pergi raganya melihat kelakuan yang menggiurkan itu. Ceng Ceng mengajak kawannya. Dan ia sambar tangannya Sin Cie, untuk dituntun pergi.
makam marmer bongpay china |
Mereka kasi hormat kepada kedua anak muda. Sin Cie berbangkit, untuk memberi hormat, mukanya merah padam bahna jengah. Ceng Ceng lihat perubahan air muka kawan itu dalam hatinya ia tertawa geli. Kedua nona tukang nyanyi itu tidak cantik tetapi mereka dibikin bersinar oleh yancie dan pupur. Segera yang satu meniup seruling dan yang lain bernyanyi. Ceng Ceng kerutkan alis mendengar suara seruling dan nyanyian itu, tak sedap dia mendengarnya. Sin Cie pun kerutkan alis. Ia ambil seruling dari tangannya si nona manis, ia celup saputangannya kedalam arak, lalu saputangan itu dipakai menyusuti seruling itu, sampai sekian lama, Barulah ia masuki kedalam mulutnya sendiri, untuk dicoba pelahan- lahan. Atau dilain saat, ia telah mulai perdengarkan sebuah lagu. Segeralah terdengar sebuah lagu yang lain sekali dari lagunya si bunga raya barusan! Kedua nona manis itu duduk bengong apabila mereka dengar tiupan lagu itu. Menyusul itu, tiga orang lelaki pun lantas naik keperahunya pemuda dan pemudi ini tanpa mereka itu minta perkenan lagi.
Seni Kerajinan Bongpay Marmer
Sin Cie jadi makin heran. Mereka itu, semuanya ada orang-orang kangouw kenamaan. Apa perlunya mereka berkumpul di Lamkhia? Mereka hendak bantu si orang she Bin dalam urusan apa? Orang she Bin ini hampir tak hentinya menghaturkan terima kasihnya kepada mereka itu. Teranglah sudah, mereka itu sengaja diundang datang. Ceng Ceng pun heran, ingin ia tanya Sin Cie, tapi untuk ber-hati-hati, ia coba atasi diri sendiri. Ia insyaf, dimuka orang-orang liehay itu, sedikit saja ia berkelisik, mereka bakal dapat tahu, atau sedikitnya mereka bakal bercuriga. Si orang she Bin lanjuti omongannya : "Saudara-saudara, aku sangat bersyukur yang saudara-saudara telah datang untuk membantu aku, karena itu, harap saudara-saudara suka terima hormatku. " Sin Cie percaya orang she Bin itu berlutut untuk hunjuk terima kasihnya itu, karena ia dengar suara-suara yang merendah dan yang mempersilakan orang berbangkit. Bin Cu Hoa berikan kepastian. Sin Cie masih heran akan tetapi sekarang hatinya lega. Menjusul itu terdengarlah suatu suara keras.