Rajin Bersedekah, Usaha Batu Marmer Tulungagung Ini Berkembang
Rajin Bersedekah, Usaha Batu Marmer Tulungagung Ini Berkembang
Sebab, dalam perjalanan bisnisnya, Imam memang tidak memiliki guru khusus untuk mendapatkan ilmu bisnis, dan semua memang dilakukannya secara otodidak. “Ketika dengan runtut memperhatikan dan mempraktikkan audio book itu, semua merubah pola pikir saya hingga memiliki mental tahan banting. Saya mendapatkan ilmu pengelolaan keuangan dalam bisnis, kehati-hatian dalam memilih rekan, dan efisiensi operasional,” ujarnya. Imam mengisahkan, di masa sulit itu ia mengalami permasalahan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. “Ketika anak pertama saya masih kecil dan masih membutuhkan susu. Istri saya kirim pesan bahwa susunya habis, saya hanya pegang uang Rp52 ribu. Disaat kebetulan bertemu dengan teman saya yang sedang membangun pondok pesantren. Rencananya saya mau memasukkan sumbangan yang Rp2 ribu, ternyata duit itu sudah jadi rokok dan akhirnya yang saya masukkan itu Rp50 ribu,” kenangnya. Sambil menangis, saat itu Imam kebingungan karena tidak memegang uang sepeser pun untuk membeli susu anaknya. “Pulang saya diomelin, dan cerita kejadiannya seperti ini. Jujur saya tidak tahan omelan istri saya, dan memutuskan untuk kembali ke tempat kerja di Campurdarat,” tuturnya.
Usaha Batu Marmer
Batu Marmer Tulungagung |
Namun, belum banyak orang yang bisa menerapkan ajaran ini untuk kehidupan sehari-hari, terutama dalam pengembangan usaha. Keterbatasan penghasilan, terkadang menjadi faktor ummat Islam sulit mengeluarkan sejumlah uang untuk sedekah. Padahal, dengan bersedekah imbalannya rezeki yang berkah berlipat ganda akan digantikan oleh Allah SWT. Pengalaman itulah yang membuat muslim asal Jawa Timur, Imam Machfudin alami. Imam meyakini sedekah dapat membuat usahanya Bintang Antik Sejahtera, mampu berkembang seperti sekarang. Saat ini, Imam telah memiliki karyawan 50 orang dan 53 pengrajin batu marmer yang tersebar di beberapa titik di Tulungagung. Selain itu, Bintang Antik Sejahtera yang bergerak pada kerajinan batu marmer ini, telah mengembangkan sebanyak 2.000 item, dan memiliki 31 kategori batu marmer. Dengan produk unggulannya ialah prasasti marmer, juga papan nama instansi. “Termasuk, produk seperti trofi atau piala, kijing, wastafel, dan keramik yang juga menjadi produk yang cukup laris di pasaran dan penopang omzet kami,” ujarnya dikanal Youtube PecahTelur. Kini Bintang Antik Sejahtera telam mampu menjadi sebuah bisnis yang berkelanjutan.
Batu Marmer Tulungagung |
Semua itu tidak lepas dari kunci sedekah yang selalu ia terapkan dan strategi pemasaran online yang ia lakukan. Strategi ini terbilang cukup menarik, sebab Imam melakukan penguasaan pasar terlebih dahulu ketimbang produk, berbeda dengan pengusaha pada umumnya. “Jadi kita terbalik, kita kuasai pasar dulu baru fokus kepada produknya. Alhamdulillah dari situ kita tidak perlu repot dalam hal pemasaran, yang bahkan saat ini saya sudah punya galeri batu marmer sendiri,” jelasnya. Kecamatan Campurdarat, Tulungagung, Jawa Timur, memang dikenal sebagai sentra kerajinan batu marmer, demikian pula Bintang Antik Sejahtera milik Imam Machfudin. Jatuh bangun dialami Imam dalam membangun bisnis marmernya. Hingga akhirnya ia menemukan strategi yang tepat untuk mengembangkan usahanya. Berdiri sejak 2009, kini usahanya mulai mengalami perkembangan pesat hingga cukup disegani oleh para kompetitor yang bergerak di bidang yang sama. Imam mengisahkan, pada 2009 sejak usahanya berdiri, pemasaran online belum menjadi pilihan utama seperti belakangan ini. “Kita fokus kepada domestik, retail, dan online yang menjadi andalan.
Batu Marmer Tulungagung
Dalam perjalannya kembali ke tempat kerja, Imam terkenang bertemu dengan seorang wanita paruh baya yang membutuhkan produk kerajinan marmer. Seketika itu menawarkan produknya dan terjalin transaksi kerja sama jual-beli. “Percaya tidak percaya itu semua menjadi kebangkitan saya dalam urusan agama dan modal dalam usaha. Saat itu profit bersihnya saya dapatkan Rp5 juta. Itu angka yang fantastis buat saya pada waktu itu, karena saya memang dalam kondisi jatuh. Dari situ saya putuskan kembali pulang untuk membelikan susu anak saya, dari istri minta yang 400 gram, saya belikan yang ukuran 800 gram dikali tiga,” jelasnya. Imam meyakini, itu adalah bantuan dari Tuhan yang langsung dibayar kontan dari sedekah ke pondok pesantren yang ia lakukan. Rasa syukur Imam dan istrinya tidak henti dipanjatkan kepada Yang Maha Pemberi Rezeki. “Bayangkan dari Rp50 ribu saya digantikan kontan Rp5 juta oleh Tuhan. Sampai saat ini saya masih teringat betapa saat itu pengorbanan yang saya lakukan. Kebutuhan anak saya relakan untuk sedekah ke pondok pesantren, dan yang menjadi musuh saat itu istri saya, coba bayangkan,” ujarnya sambil tertawa.
Lantai Marmer Tulungagung
Selain pengalaman jatuh-bangun dalam usaha, sebagai seorang enterpreuneur tidak bisa terlepas dari perjalanan rohani pula. Baginya semua itu akan dialami oleh siapa pun terlepas apa pun keyakinannya. “Saya selalu mengajukan proposal kepada Allah SWT dalam doa, saya minta dikuatkan untuk bisa berpegang teguh dalam menghindari riba dan utang bank dalam usaha ini. Bahkan banyak tawaran ke kami terkait pinjaman, sampai angkanya disuruh tulis sendiri, semua saya tolak. Saya minta yang hibahan, dan menjadi anak binaan saja,” jelasnya. Baginya dengan mengutamakan akhirat, kondisi sedang jatuh sekali pun akan mendapatkan pertolongan. Ia berharap nilai lebih ini mendapatkan ridho dari Yang Maha Kuasa. “Memang sebuah usaha yang dilakukan secara organik perkembangannya cukup pelan, tapi grafiknya menanjak. Kalau mau instan silakan saja minta suntik (dana), tapi jangan lupa takutnya disuntik mati,” ujarnya. Imam mengatakan, terkadang sebagai hamba, pengusaha terlalu sibuk mengurus segala macam urusan dunia termasuk bisnis. Padahal penghasilan dan rezeki merupakan sebuah ketentuan, di sisi lain banyak orang yang masih lupa mengerjakan apa yang menjadi perintah Tuhan. “Ini merupakan nilai yang selama ini kita pegang. Jadi dalam bisnis saya santai saja, pasrah karena semuanya sudah dijamin. Pola pikir ini harus kita sadari betul, tidak perlu khawatir dengan apa yang sudah ditetapkan. Tentang rezeki ini sudah kering tintanya jadi buat apa memikirkan itu semua. Jadi enjoy saja menjalankan bisnis, dan fokus terhadap apa yang diperintahkan, terutama dalam menebar manfaat ke lebih banyak orang,” imbuhnya.
Baginya, semua itu tergantung produktivitas sebuah usaha. Sehingga pemasaran ekspor tidak menjadi target utaman bagi Bintang Antik Sejahtera. Imam mengaku, Bintang Antik Sejahtera ini merupakan rintisan bisnis keempat kalinya sejak 2009, setelah sebelumnya mengalami kegagalan pada bisnis yang bergerak di bidang yang sama. Ia mengisahkan pada 2007 sempat mengikuti alur usaha Business to Business (B2B), namun ketika itu ia ditipu oleh rekan bisnisnya hingga harus menanggung utang sebesar Rp400 juta. “Di situ adalah bagian dari jatuhnya bisnis saya. Padahal usaha marmer saat itu sudah dijalankan sejak lulus dari SMA, dan penipuan ini adalah bisnis marmer saya yang sudah ketiga kalinya, karena memang Campurdarat ini mayoritas warganya bergerak dalam bidang kerajinan batu marmer,” tuturnya. Bintang Antik Sejahtera yang menjadi usaha marmer keempatnya ini, mengalami perkembangan yang baik dibandingkan usaha sebelumnya. Ia menuturkan, sebagai pengusaha, perlu memiliki mental yang kuat disaat sedang jatuh dan terperuk. Berkat audio book dari konsultan bisnis Heppy Trenggono dan Tung Desem Waringin, ia mengaku mendapatkan motivasi untuk bangkit.
Dinding Batu Marmer
Inilah tiga strategi pemasaran yang dilakukan di Bintang Antik Sejahtera, karena memang targetnya adalah retail dan user. Sehingga kami mendapatkan hasil penjualan secara kontan, dan potensi pasarnya lebih luas, juga target konsumen kita lebih banyak,” ujarnya. Bahkan, dua hingga 3 tahun ke depan, Imam mulai berencana untuk meramaikan pasar ekspor di sektor industri batu marmer. Ia mengaku optimis terkait ekspor yang akan dilakukannya, karena telah memahami seluk beluk terkait pemenuhan syarat dan ketentuan untuk ekspor. Saat ini, Imam belum memutuskan untuk ekspor, karena masih berfokus di pasar domestik. Apalagi, saat ini banyak pesaing dan perusahaan besar yang sudah lebih dulu melakukan ekspor untuk produk batu marmer. “Jadi ini merupakan bagian dari strategi, para pesaing merupakan perusahaan batu marmer yang sudah memiliki nama cukup besar. Ibaratnya kami tidak mau menabrak gajah (perusahaan besar). Kami lebih memilih untuk menyusuri jalan yang ada dipinggir dengan menyasar pasar domestik. Akhirnya pun sama saja penghasilannya,” ujarnya.