Seni Kerajinan Bongpay Tulungagung | Harga Bongpay Marmer Murah
Seni Kerajinan Bongpay Tulungagung | Harga Bongpay Marmer Murah
Pengrajin Bongpay Tulungagung merupakan pusat pembuatan bongpay bahan granit yang berada di Tulungagung, selain bongpay kami juga melayani grafir prasasti, papan nama, prasasti nisan makam, prasasti kantor dll.Dan untuk kali ini adalah tentang bongpay granit, salah satu pesanan customer kami yang berada di Flores.Kita sendiri melayani pemesanan kerajinan batu alam dengan pengiriman ke seluruh indonesia. Bongpay China - Bongpay merupakan sebuah makam kuburan tradisional bagi orang tiongha, namun juga mempunyai fungsi dan dapat dijadikan sebagai Model Bongpay Kristen seperti halnya contoh gambar di bawah ini.Bongpay granit ini dikerjakan oleh pengrajin kami asli Tulungagung, pembuatan bongpay kristen ini dilakukan dengan cara dipahat menggunakan mesin tradisonal karena memang pembuatan bongpay yang satu ini membutuhkan waktu kuran lebih 3 minggu.Untuk bentuk, desain dan gambar anda juga bisa request dengan permintaan sesuai keinginan anda, seperti halnya pesanan bongpay yang satu ini.Customer bisa memilih gambar yang disukai dengan contohnya bongpay ini samping kiri nya menggunakan gambar malaikat dengan warna tinta putih.Tulisan nya sendiri menggunakan tinta merah dan tinta emas, artinya tinta warna kuning melambangkan yang sudah meninggal untuk warna tinta merah untuk orang yang masih hidup.Jika and ingin emmilih model lainya juga bisa , kami akan mengerjakan memaksimalkan dengan pengerjaan dengan bagus. Dikerjakan langsung oleh Ahli Bongpay sehingga menghasilkan bongpay istimewa sesuai dengan pesanan pelanggan. Atau jika anda menginginkan ukuran dan bentuk sesuai kebutuhan, kamipun siap membuatkannya. Selain menggunakan batu granit, kami juga membuat dengan bahan batu marmer. Marmer jenis kawi agung yang berwarna putih ke arah krem dan terdapat serat-serat alami khas batu marmer. Sama-sama batu alam yang pastinya kuat, tidak mudah pecah, dan tahan terhadap cuaca.
Teknik Pembuatan Bongpay Tulungagung
Itulah yang kemudian mendasari penggunaan kertas perak/kertas kuning sebagai penanda diatas kubur, yang kemudian dijadikan tradisi setiap tahunnya dalam memperingati Cheng Beng. Oleh karenanya setiap ziarah kubur biasanya warga keturunan Tionghoa membakar gincua dan kimcua. “Kami melaksakan Cheng Beng ini dengan membersihkan makam yang tidak terawat dan mengirim doa. Cheng Beng ini kan intinya sebagai penghormatan pada leluhur. Setidaknya 20-an makam yang tidak terawat pagi itu dibersihkan oleh mereka dengan peralatan yang ada, rerumputan mulai dicabuti. Setidaknya 25 orang menyelesaikan pembersihan makam itu selama tiga jam. Tidak lupa satu persatu mulai menaburkan bunga di pemakaman yang mulai tidak terawat. Doa terbaik dipanjatkan untuk mendoakan. Pelaksana pemakaman di Gunung Sempu, Pariman mengatakan saat ini tidak banyak lagi yang memahami aturan-aturan tentang pemakaman. Pengalaman dari 1990-an, ia mulai belajar tentang fengsui dan hong sui, untuk menentukan ukuran setiap makam. Tidak hanya saat masih hidup warga keturunan Tionghoa juga mempercayai perhitungan-perhitungan tertentu yang dipercaya dapat memberi berkah tersendiri.
Bongpay Marmer Pengrajin Tulungagung
Pemuda-pemudi keturunan Tionghoa mulai melihat satu persatu makam yang mulai terlihat tidak terawat, dengan semangat mereka mulai membersihkan makam yang tidak terawat. Tidak hanya membersihkan makam biasa. Pemuda-pemudi keturunan Tionghoa itu, tengah meneruskan tradisi dari para pendahulunya yaitu Cheng Beng. Tradisi Cheng Beng dimulai oleh pendiri Dinasti Ming yaitu Zhu Yuan Zhang. Ia yang berasal dari keluarga miskin memutuskan untuk bergabung dengan pemberontakan Sorban Merah, yang merupakan sebuah kelompok pemberontakan anti Dinasti Yuan (Mongol). Karena kecakapannya ia dengan mudah mendapat posisi penting, hingga akhirnya menjadi kaisar. Setelah menjadi kaisar, ia kembali ke desa dan mendapati kedua orang tuanya sudah meninggal dan tidak tahu keberadaan makam mereka. Maka dari itu kaisar memerintahkan rakyatnya untuk berziarah dan menaruh tanda berupa kertas kuning di makam yang sudah dibersihkan. Kaisar pun melakukan ziarah ke makam dan berasumsi bahwa makam yang tidak dibersihkan dan tidak diberi tanda merupakan makam keluarga, sanak sodara dan leluhurnya. Hingga sekarang tradisi ini masih berjalan setiap tahun dan disebut Cheng Beng.
bongpay marmer pengrajin tulungagung |
Bong Cino atau makam orang cina di Jalan Hayam Wuruk, Kelurahan Manguharjo kondisinya memprihatinkan. Puluhan tahun, lokasi tersebut tidak lagi digunakan sebagai makam sehingga terkesan kumuh dan tidak terawat. Bahkan di area makam banyak berdiri bangunam liar dan puluhan rumah penduduk. Untuk itu, Pemerintah Kota (Pemkot) berencana membangun fasilitas umum di area tersebut. Walikota mengatakan, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi pemkot membangun fasum di Bong Cino. Selain masa sewa pemakaman oleh keturunan Cina kepada pemkot sudah habis, ia ingin lokasi itu terawat dengan dibangun fasum yang bermanfaat bagi masyarakat.Pemkot memiliki sertifikat atas hak kepemilikan tanah yang selama ini digunakan untuk makam Cina. “Makam itu sekarang ditempati untuk rumah penduduk dan bangunan liar. Sekarang lihat saja begitu kumuhnya. Ini kota, dan tempat itu sudah bukan makam lagi karena orang (Cina) meninggal itu nggak dimakamkan disitu, sudah puluhan tahun. Memang disitu itu kawasan kumuh.
Contoh Kerajinan Bongpay Tulungagung
Walikota belum bisa memastikan fasum apa yang nantinya dibangun di area Bong Cino. Apakah rusunawa, hutan kota, sentra kuliner atau fasum lainnya. Yang pasti menurutnya, apapun nanti yang dibangun pemkot bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu, kota tidak lagi ada kawasan kumuh. Saat ini, pemkot melalui pihak kelurahan masih melakukan pendataan. Bagi ahli waris diminta berkoordinasi dengan pemkot melalui pihak kelurahan, apakah kerangka keluarga yang dimakamkan di Bong Cino dipindah ke tempat lain atau dijadikan satu dengan makam yang disediakan pemkot. Sementara itu menyatakan, secara prinsip warga mendukung upaya pemkot yang berencana mengalih fungsikan Bong Cino menjadi fasum. Sebab berdasarkan hasil sosialisasinya dengan warga setempat, mereka menyadari bahwa lahan yang mereka tempati saat ini merupakan asset pemda. Menurut sejak dirinya berpenduduk Kota tahun 1990 silam, sudah banyak berdiri bangunan rumah di area Bong Cino. “Insya allah kalau nanti dialihkan fungsi jadi fasum ya dari warga alhamdulillah mendukung. Memang bukan lahan mereka kan, kalau sewaktu-waktu diminta ya dikasihkan. Tapi harapannya ya ada solusi dari pemkot,” katanya. Menjelaskan berdasarkan hasil pendataannya, saat ini ada 60 Kepala Keluarga (KK) yang terdata menempati asset pemkot. Mereka tersebar di empat RT dan dua RW.
contoh kerajinan bongpay tulungagung |
Selama itu mereka telah sampai ditempat dimana terdapat hanya kuburan. Ma Kongcu mulai berat tindakannya karena mereka sudah jalan jauh. Tidak biasanya keponakan congtok itu jalan kaki demikian lama. Napasnya pun mulai sengal-sengal. Ceng Ceng dengan suara nyaring, yang disusul sama tertawanya yang panjang. Ma Kongcu tercengang, dia melengak. Yo Keng Teng si gundal menjadi curiga, hatinya jadi tidak tenteram. Akan tetapi mereka berempat, dan dua pengiringnya itu - ia tahu - ada bertenaga, karenanya, dapat ia hiburkan diri juga. Ceng Ceng tertawa dingin. Sin Cie bilang maksudnya baik. Pemuda ini membuka jalan hidup. Tapi Ma Kongcu berempat adalah bangsa gentong kosong, otak mereka tak dapat tangkap nasihat yang diberikan secara samar-samar itu. Malah si kongcu bawa aksinya. Kongcu ini berada didamping Ceng Ceng, ia bisa ulur tangannya kepundak nona kita, untuk menggelendotkan dirinya. Se-konyong-konyong saja, satu cahaya putih berkelebat. Keng Teng kaget hingga ia berdiri menjublak, demikian juga kedua pengikutnya.
Bongpay Granit Tulungagung
Ditengah-tengah peta itu ada satu bundaran kecil warna merah, disamping itu diberi tanda antaranya empat huruf halus, bunyinya : "Gui Kok Kong Hu", yang berarti "Istana Gui Kok-Kong". Gui Kok-Kong itu adalah "Pangeran (hertog) Gui". Masih saja mereka menelitinya. Sin Cie terangkan pula. Sin Cie anggap si nona benar, ia menurut. Kembali mereka lakukan perjalanan mereka, sampai lewat pula beberapa hari, sampailah mereka di Lamkhia, kota yang dituju itu, yang dengan lain nama disebut Kim- leng, satu kota bertembok batu yang dipandang sebagai kota paling besar di "kolong langit", sedang disanapun adanya Beng Hau-leng, ialah makam raja-raja ahala Beng. Itulah ibukota pertama sejak dibangunnya kerajaan Beng oleh Beng Tha-cou, kaisar Beng yang pertama. Walau kota itu pernah mengalami kekalutan besar, kotanya masih tetap indah dan ramai. Sin Cie berdua Ceng Ceng ambil tempat di hotel dengan mengaku mereka datang ke Lamkhia untuk mencari sahabat , dari itu dihari kedua, si anak muda panggil jongos untuk dimintai keterangan dimana pernahnya istana Gui Kok-kong.